Terjadinya Hari Kiamat Menurut Islam
Beriman kepada hari kiamat merupakan unsur pokok
keimanan dalam Islam. Tanpa beriman kepada hari kiamat,
iman seseorang tidak akan diterima. Sebagaimana tidak diterima apabila
tidak beriman kepada Allah, malaikat-malaikat Allah, kitab-kitabNya,
rasul-rasulNya, dan qadha qadar dariNya.Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “…Barangsiapa
yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya,
dan hari kemudian (kiamat), maka sesungguhnya orang itu telah sesat
sejauh-jauhnya.”(An-Nisaa’:136).
Mengenai kepastian
adanya Hari kiamat itu sendiri Allah menegaskan dalam firman-firmanNya,
diantaranya: “Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-sekali
tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar
kamu akan dibangkitkan , kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (At-Taghabun 64:7).
Allah subhannahu wa ta’ala berfirman pula, yang
artinya : “…serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat)
tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk
neraka.” (As-Syura 42:7) Dan firman Allah Subhannahu wa Ta’ala yang
artinya: “Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis
binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa
sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.” (An-Naml
27:82).
Firman Allah Subhannahu wa Ta’ala yang artinya : “Hingga
apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat
dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar
(hari kiamat), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang
kafir.” (Al-Anbiyaa’: 96-97).
Firman Allah Subhannahu wa Ta’ala yang artinya : “Maka
apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung
lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah kiamat,
dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. Dan
malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan
malaikat menjunjung ‘Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. Pada hari itu kamu
dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi
(bagi Allah). Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah
kanannya, maka dia berkata : Ambillah, bacalah kitabmu (ini). Sesungguhnya aku
yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab (perhitungan) terhadap diriku.
Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai, dalam surga yang tinggi.
Buah-buahannya dekat, (kepada mereka dikatakan): Makan dan minumlah dengan
sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.
Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia
berkata: Wahai alangkah baiknya sekiranya tidak diberikan kepadaku kitabku
(ini). Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai kiranya
kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak
memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaan dariku. (Allah berfirman):
Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia
ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai
yang panjangnya tujuh puluh hasta. Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada
Allah Yang Maha Besar. Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi
makan orang miskin.” (Al-Haaqqah 69:13-34).
Masih banyak ayat-ayat lain di dalam Al-Qur’an
yang menegaskan tentang hari kiamat.
TANDA-TANDA KIAMAT
Adapun tanda-tanda kiamat, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam menjelaskan dengan beberapa haditsnya. Diantaranya: “Sesungguhnya
kiamat itu tidak akan terjadi sebelum adanya sepuluh tanda-tanda kiamat,
yaitu tenggelam di Timur, tenggelam di Barat, tenggelam di Jazirah Arab, adanya
asap, datangnya Dajjal, Dabbah (binatang melata yang besar), Ya’juj dan Ma’juj,
terbit matahari dari sebelah barat, keluar api dari ujung Aden yang menggiring
manusia, dan turunnya Nabi Isa.” (Hadits Riwayat Muslim).
Penjelasan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam
dalam sabdanya yang lain: “Dajjal datang kepada umatku dan hidup selama 40
tahun, lalu Allah mengutus Isa bin Maryam, kemudian ia mencari Dajjal dan
membinasakannya. Kemudian selama 70 tahun manusia hidup aman dan damai, tak ada
permusuhan antara siapapun. Sesudah itu Allah meniupkan angin yang dingin dari
arah negeri Syam (kini Suriah, pen). Maka setiap orang yang dalam hatinya masih
ada kebajikan meskipun sebesar atom, pasti menemui ajalnya. Bahkan jika seandainya
seseorang dari kamu masuk ke dalam gunung, pasti angin itu mengejarnya dan
mematikannya. Maka sisanya tinggal orang-orang jahat seperti binatang buas (fii
khiffatit thoiri wa ahlaamis sibaa’), mereka tidak mengenal kebaikan dan tidak
mengingkari kemungkaran. Dan syetan menjelma pada mereka (manusia) lalu
berkata: Maukah kamu mengabulkan? Manusia berkata: Apa yang akan kamu
perintahkan kepada kami? Syetan lalu memerintahkan kepada mereka agar menyembah
berhala, sedang mereka hidup dalam kesenangan. Kemudian ditiuplah sangkakala.
Tapi seorangpun tak akan mendengarnya kecuali orang yang tajam pendengarannya.
Dan orang yang pertama kali mendengarnya yaitu seorang laki-laki yang mengurusi
untanya. Nabi bersabda: Maka matilah semua manusia. Kemudian turunlah hujan
seperti hujan gerimis. Maka keluarlah dari situ jasad manusia (dari
kubur-kuburnya). Kemudian ditiup lagi sangkakala, maka tiba-tiba mereka berdiri
menunggu. Lalu dikatakan kepada mereka: Wahai manusia, marilah menghadap kepada
Tuhanmu dan merekapun berada di Mahsyar karena mereka akan diminta tanggung
jawabnya. Kemudian dikatakan kepada mereka, pergilah kamu karena neraka telah
dinyalakan, lalu dikatakan lagi: Dari berapakah? Lalu dikatakan lagi: Dari
setiap seribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang. Begitulah
keadaannya pada hari anak dijadikan beruban dan pada hari betis disingkap (hari
kiamat yang menggambarkan orang sangat ketakutan yang hendak lari
karena huru-hara kiamat).” (Hadits Riwayat Muslim).
Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam
ketika berkhutbah : “Wahai manusia, bahwasanya kamu nanti akan dihimpun
Allah dalam keadaan telanjang kaki, telanjang bulat, dalam keadaan kulup (tidak
dikhitan). Ingatlah bahwa orang yang mula-mula diberi pakaian adalah Ibrahim
AS. Ingatlah bahwa nanti ada di antara umatku yang didudukkan di sebelah kiri.
Ketika itu aku berkata: Ya Tuhan, (mereka itu adalah) sahabatku. Lalu Tuhan
berkata: Engkau tidak tahu apa yang mereka perbuat sesudah kamu (wafat).”
(HR Muslim).
PERTANGGUNG JAWABAN
Mengenai pertanggungan jawab perbuatan, Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada hari kiamat,
setiap hamba tak akan melangkah sebelum ditanya empat hal, yaitu tentang umur
untuk apa ia habiskan, ilmunya untuk apa ia amalkan, hartanya dari mana ia peroleh
dan untuk apa ia belanjakan, dan (kesehatan) badannya untuk apa ia pergunakan.”
(HR Tirmidzi, hadits hasan shahih, dan teks ini menurut riwayat Muslim).
Tentang dahsyatnya keadaan kiamat sampai manusia
tak ingat pada lainnya, adapun penjelasannya: “Dari Aisyah , Bahwa ia
teringat Neraka lalu menangis, maka Rasulullah ` bertanya: Apa yang menyebabkan
engkau menangis? Aisyah menjawab: Aku teringat pada Neraka, hingga aku
menangis. Apakah pada hari kiamat kamu akan ingat pada keluargamu?
Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam : Adapun di tiga tempat, orang tidak
teringat pada yang lainnya, yaitu ketika ditimbang amalnya sebelum dia
mengetahui berat ringannya amal kebaikannya. Ketika buku catatan amalnya
beterbangan sebelum dia mengetahui di mana hinggapnya buku itu, di sebelah
kanan, kiri, atau di belakangnya. Dan ketika meniti titian/jembatan (shirath)
yang terbentang di punggung neraka Jahannam sebelum dia melaluinya.” (HR
Abu Daud, hadits hasan).
Itulah peristiwa kiamat
yang wajib kita yakini beserta tanda-tandanya. Semuanya itu merupakan
hal yang ghaib, hanya Allah yang mengetahui, sedang Nabi Shallallahu
‘alaihi wasallammengkhabarkan itu dari wahyu Allah. Maka hal-hal yang tak
sesuai dengan penjelasan Allah dan RasulNya mesti kita tolak, meskipun datangnya
dari orang yang mengaku intelek, pakar, ataupun mengaku telah menyelidiki
bertahun-tahun dengan metode yang disebut ilmiah dan canggih. Sebaliknya, kalau
itu datang dari Allah dan RasulNya, maka wajib kita imani. Dan beriman kepada
Hari kiamat itu merupakan halyangtermasuk pokok di dalamIslam seperti tersebut
di atas. Mengingkarinya berarti rusak keimanannya.
0 komentar:
Posting Komentar